Minahasa Utara, Sulawesi Utara – Insiden kebakaran hebat terjadi pada Kapal Motor (KM) Barcelona 5, yang berlayar dari Pelabuhan Melonguane, Kepulauan Talaud, menuju Pelabuhan Manado, pada Minggu 20 Juli 2025 siang. Menurut laporan manifest resmi, kapal membawa 280 penumpang dan 15 anak buah kapal (ABK), namun jumlah sebenarnya diperkirakan mencapai lebih dari 570 orang.
Kebakaran
pertama kali terlihat sekitar pukul 12.00–14.00 Wita di bagian buritan atau dek
atas kapal. Asap hitam pekat dan kobaran api yang cepat membesar menyebabkan
kepanikan massal di antara penumpang. Dalam keadaan darurat, banyak
penumpang—termasuk anak-anak dan ibu hamil—melompat ke laut, mengenakan jaket
pelampung, sementara asap dan api menyelimuti lambung kapal.
Evakuasi
mendesak dilakukan oleh sejumlah instansi, termasuk Basarnas, Angkatan Laut
(KRI Pari, KAL Tedung Selar), Bakamla, Syahbandar, nelayan lokal, serta
kapal-kapal SAR seperti KN Bima Sena dan KN Gajah Laut. Operasi ini melibatkan
delapan kapal dan armada SAR lainnya, dengan titik evakuasi tersebar di
beberapa lokasi: Pelabuhan Munte (Likupang), Dermaga Bakamla Serei, dan
Pelabuhan Manado. Korban dibawa ke Pulau Serei dan Pulau Gangga, lalu dirujuk
ke rumah sakit terdekat.
Hingga
Senin pagi, jumlah penumpang yang dievakuasi tercatat mencapai 571 orang. Dari
jumlah tersebut, 568 selamat, sedangkan tiga orang dinyatakan meninggal dunia.
Tiga korban jiwa ini merupakan tiga dari lima orang yang sebelumnya disebut
tewas—dua di antaranya berhasil diselamatkan di rumah sakit, termasuk seorang
bayi dua bulan—sementara korban meninggal dilaporkan tidak semuanya karena luka
bakar, melainkan akibat kondisi medis kritis seperti ibu hamil dan penumpang
dengan komorbid.
Pihak
berwenang menyampaikan bahwa kobaran api diperkirakan berasal dari dek belakang
kapal, kemungkinan bersumber dari korsleting kelistrikan atau kebocoran mesin,
meski investigasi resmi masih berlangsung. Kapal berhasil dipadamkan dalam
waktu kurang dari satu jam, namun bagian luar kapal tetap terapung dan menjadi
objek pengawasan patroli PLP Bitung.
Insiden
ini menyoroti permasalahan serius yang berulang dalam transportasi laut
Indonesia. Ketidaksesuaian jumlah manifest dengan data aktual, serta lemahnya
pengawasan keselamatan kapal, semakin memperparah risiko saat terjadi insiden
darurat. Diperlukan pembenahan mendalam pada sistem boarding digital,
peningkatan kelengkapan alat keselamatan seperti pelampung dan pemadam api, serta
simulasi evakuasi rutin bagi awak kapal dan penumpang.
Selain
itu, koordinasi dan kesiapan SAR terintegrasi menjadi hal krusial. Respons
cepat oleh nelayan lokal dan kapal SAR terbukti menyelamatkan ratusan
penumpang, namun kesiapan logistik, jalur komunikasi, dan distribusi sumber
daya SAR di kawasan kepulauan masih perlu ditingkatkan..
Sebagai
tindak lanjut, Kementerian Perhubungan bersama basarnas dan TNI AL dijadwalkan
melakukan audit keselamatan dan inspeksi kapal antar pulau, serta meninjau
ulang regulasi kelaikan laut. Evaluasi manifest digital untuk mencegah
overloading dan pembaruan kapasitas kapal juga akan segera dijalankan.
Peristiwa
kebakaran KM Barcelona 5 ini menimbulkan duka di tengah masyarakat, khususnya
karena melibatkan korban jiwa dari kalangan rentan. Keberhasilan menyelamatkan
ratusan jiwa adalah prestasi luar biasa, namun kehilangan tiga nyawa menjadi
pengingat tegas bahwa masih banyak pekerjaan rumah dalam menjamin keamanan
transportasi laut.